SERAMM ! KISAH MISTIS DI BALIK LONGSORNYA LUMPUR DI JEMBATAN SIDUADUA , SUMATERA UTARA

Sumber: Kaskus

Op Dau br Harian (nenek Daud) mengalami kejadian mistis sebelum terjadinya longsor lumpur di Jembatan Siduadua. Sebuah suara 'Tangisam Seorang Nenek Perempuan Tua'  meski beberapa hari sebelumnya telah terjadi puting beliung di Danau Toba, Parapat dan setelah itu kejadian longsor pun berubah menjadi malapetaka. Nenek Daud tinggal di sebuah warung yang baru dibangunnya dua bulan yang lalu yang berjarak 50 meter dari jembatan Siduadua. Entah kerena apa kebetulan nenek Daud masih terjaga di antara sepinya jalur jalan lintas malam itu.

Sumber: palapapos.co.id
Pada malam itu, nenek Daud tiba tiba mendengar suara tangisan, persisnya suara seorang nenek tua yang mengandung (menangis mendayu-dayu) sepertinya suaranya datang dari bawah salah satu jembatan kembar yang kini di timbun longsoran. Karena terganggu dan penasran dengan suara tangisan tersebut nenek Daud menyuruh anaknya untuk memeriksa asal suara tersebut. Setelah anaknya melakukan pemeriksaan Nenek daud memberanikan diri keluar dari dari warung. Tapi anehnya mereka tidak melihat ada orang di sekitar jembatan tersebut. Mereka mencoba mengamati disekitar asal suara tersebut tapi tetap tidak melihat ada orang disana apalagi yang sedan menangis. Nenek Daud tetap mencoba menuju arah jembatan dan anaknya di suruh masuk kedalam. 

Malam pun semakin gelap, Jam menunjukan jam 23.00 WIB. Nenek Daud mengamati arah suara itu, lama kelamaan suara tangisan tersebut semakin senyap lalu hilang. Beliau pun berdoa smeoga tidak terjadi suatu bencana di jalan linta jembatan Sibagindang. 

Sumber: Tribun Medan

Sebelum nenek Daud kembali kewarung, terlebih dahulu nenek Daud membuatkan demban (daun sirih) dan diletakkan disekitar suara itu berasal. Sebagai sesajen kepada penunggu jembatan tersebut supaya tidak terjadi sesuatu yang tidak di inginkan.

Namun firasat berkata lain, Banjir lumpur datang di pagi hari padahal suasananya terang. Setelah kejadian itu, Lonsor pun kerap terjadi silih berganti dan sudah tiga kali nyaris menimbun pengandara namun tidak menimbulkan korban jiwa. 

Nenek Daud mengatakan bahwa lokasi tersebut dulu disekitar mata air di atas jembatan ada tempat sesajen untuk 'pamel-malean' (menghormati) penghuni areal tersebut. Kepala kambing menjadi sesajen dan diletakkan diatas bebatuan yang ada disana. 

Komentar